The Beautiful Last Farewell

       Setelah lama pergi menjauh dari dunia tulis-menulis ini, akhirnya aku bisa kembali juga. 🙂

       Oleh karena itu, kali ini aku kembali dengan sebuah cerita yang entah readers mau percaya atau tidak bahwa cerita ini nyata atau tidak. Tak peduli apakah kisah ini dipercayai atau tidak, namun inilah yang ingin kuungkapkan. Because, we’re always together in story…


 

       Tiga tahun yang lalu…

       “Pak, saya mendaftarkan diri sebagai sekretaris saja!”

       “Hmm, baiklah! Bapak setuju!”

       “Kami semua juga setuju!”

       “Ya, benar! Aiko kan jago dalam mengurus surat-menyurat, soal undangan dan proposal udah pasti bisa, deh!”

       Semuanya setuju dan rapat kali ini memutuskan aku sebagai sekretaris dalam kepengurusan untuk pesta perpisahan kami. Betapa senangnya aku saat terpilih, lagipula untuk menjadi ketua acara nanti bukan Kai lagi, si mantan ketua OSIS yang sombong dan cerewet itu, malah mereka semua memilih Haru sebagai ketuanya. Entah mengapa, aku juga bingung. Padahal dari mulai SD kelas 4 hingga sekarang ini kami selalu saja bertengkar dan saling mengejek. Tapi, entah angin dari mana, perasaan benci itu kini berubah menjadi suka. Aku tidak bisa menyangkalnya, memang benar pepatah orang yang menyatakan benci akan menjadi cinta. Lagipula sekarang ini ia juga jarang mengejekku lagi, entah mengapa. Jujur aku merindukan masa-masa di mana kami sering berkelahi, tapi waktu tetap berjalan dan biarlah semua berjalan dengan alurnya.

       Keesokan harinya, setelah disahkannya panitia untuk acara perpisahan, maka kami pun mengadakan rapat pertama. Seperti rapat biasanya, panitia inti akan duduk di depan para anggota bidang lainnya. Dan biasanya juga sekretaris akan duduk di samping ketua. Hal ini benar-benar membuatku nervous, karena semakin dekat dengannya hatiku semakin berdebar-debar, terlebih untuk menatapnya saja aku tidak mampu.

       Keadaan semakin merumitkan, terlebih saat aku melihat tatapan Yuki. Seketika aku ingat ia dulu pernah mengatakan rahasianya padaku bahwa ia menyukai Haru. Saat mendengar hal itu pertama kali, aku hanya bisa tersenyum padanya, walaupun aku menangis dalam hati. Sejak saat itu, aku bingung. Manakah yang harus kupilih, persahabatan atau cinta? Entah mengapa, tiap hari semakin aku melupakannya, semakin pula aku tidak berhenti memikirkannya. Tapi aku juga tidak ingin persahabatan terputus hanya karena seorang pria.

       Sudah sekitar 3 tahun lebih persahabatanku dengan Yuki terjalin. Walau banyak sekali rintangan dan hambatan dalam menjalani persahabatan, kami pun tetap bertahan. Meskipun kami tahu bahwa persahabatan kami ini tidak seakrab seperti dahulu.

       Kini aku hanya paling akrab dengan Mina, sahabatku yang satu ini memang paling mengerti dan hafal betul dengan sikapku. Aku pun tidak ragu dalam berbagi cerita dan rahasiaku dengannya, terlebih masalah ini, karena setiap masalah ia akan selalu membantuku mencari solusinya, begitu pun sebaliknya denganku. Dan untuk masalah kali ini, ia memberikanku solusi agar aku melupakan Haru dan tetap mempertahankan persahabatanku dengan Yuki. Baiklah, pikirku, akan aku lakukan walaupun berat.

       Hari demi hari pun berlalu dan aku pun semakin berusaha menghindari dirinya, walaupun rasa sakit hati itu ada apalagi saat Yuki mencuri kesempatan agar bisa dekat dengan Haru. Selama itu juga Mina selalu ada di sampingku untuk menyemangatinya. Aku sungguh bersyukur bisa memiliki sahabat seperti dirinya.

       Hingga akhirnya malam perpisahan pun tiba. Untuk pesta ini, aku memang sengaja mempersiapkan dengan matang sebelum harinya, mulai dari make-up, busana, dan gaya rambut. Aku sengaja mempersiapkannya jauh-jauh hari karena aku ingin tampil beda. Jujur, aku adalah orang yang sangat pemalu, tapi karena seseorang aku akan melakukannya.

       Dan benar, pada malam itu semua temanku tampil berbeda. Aku pun begitu takjub dengan perubahan mereka. Teman-teman yang selalu kulihat memakai seragam sekolah dan setiap pulangnya acak-acakan, kini semuanya terlihat elegan dan rapi dalam busana gaun dan jas yang mereka kenakan. Namun, lebih menakjubkan lagi saat aku tak sengaja melihat Haru. Penampilannya benar-benar berbeda. Jas hitam yang dikenakannya sangat cocok untuknya. Dan baru kusadari, sejak dari tadi pandangan mata kami telah bertemu. Aku pun jadi salah tingkah, kupikir dirinya juga begitu.

        Acara demi acara pun berlangsung dengan meriahnya. Aku sedikit menyesal, padahal rencananya aku juga akan tampil bersama teman-temanku yang lain untuk mempersembahkan acara. Tapi ternyata mereka membatalkannya karena alasan tertentu. Agak jengkel juga rasanya, tapi mau bagaimana lagi, biarlah.

       Tapi aku merasa iri dengan Yuki, dia yang memang jago nyanyi kini berkesempatan menunjukkan bakatnya di depan teman-teman. Memang, jadinya semua mata akan tertuju padanya, terlebih Haru. Rasanya, aku ingin menangis saja. Tapi aku sadar, aku bukanlah gadis yang lemah, terlebih hanya karena masalah seperti ini. Mina juga menunjukkan rasa simpatinya padaku.

       Malam semakin larut, tibalah puncak acara di mana pengumuman King dan Queen tahun ini akan diumumkan. Padahal semua temanku sudah banyak yang pulang terlebih dahulu, tapi aku masih penasaran. Mina sedari tadi sudah tidak dapat berhenti mengoceh agar kami lekas pulang. Namun aku berhasil mengalahkannya dengan rayuan mautku.

       “Untuk Queen tahun ini, jatuh kepada…” ujar MC yang diikuti dengan backsound semakin mendebarkan suasana. Gelar ini sudah ingin sekali kuincar sejak dahulu. Gelar yang tidak sembarangan orang bisa mendapatkannya, termasuk semua siswi populer dan yang cantik-cantik.

       Sungguh aku terkejut saat MC menyebutkan namaku. Aku yang masih tidak percaya segera didorong Mina ke atas panggung. Semua mengucapkan selamat padaku, disambut dengan riuh tepuk tangan dari semuanya.

       “Baiklah, untuk King tahun ini, jatuh kepada…” aku semakin berdebar, aku berharap Haru bisa menjadi King tahun ini.

       “KAI!”

       Apa? Kai?

       Aku terpekik dalam hati, kenapa harus dia yang menjadi King tahun ini, tidak bisa kupercaya.

       “Wah, sayang sekali! Ternyata Kai tidak mau maju ke depan. Lalu, bagaimana dengan penerimaan penghargaan ini?” tanya si MC kepada penonton. Semua terlihat kebingungan, tapi tidak denganku. Justru aku merasa senang. Aku lebih baik memilih gelar King tahun ini kosong, daripada dia yang mendapatkannya.

       “Biar aku saja yang menggantikannya,” semua orang tertuju kepada asal suara tersebut. Haru! Dia yang mengatakannya barusan? Apa aku tidak salah dengar?

       Perlahan dan pasti ia maju ke depan dan kemudian berdiri di sebelahku. Tampak sepertinya ia tidak peduli dengan kebingungan semua orang yang mempermasalahkan alasan sebenarnya ia mau melakukan ini semua.

       Kini ia sudah berada di sampingku, tak ada tatap mata antara kami, hanya terlihat dirinya menyunggingkan senyuman ke depan. Apakah senyuman itu untukku? Apakah ia melakukan ini semua hanya untukku? Semua itu hanya dirinya yang tahu. Sampai sekarang pun aku masih menunggu jawabannya. Walau sampai bertahun-tahun, aku akan selalu mengingatnya.

       Akhir perpisahan ini sungguh indah. Sejak saat itu kami belum pernah bertemu lagi hingga sekarang. Apakah dia punya perasaan yang sama terhadapku? Aku pun masih menunggu jawaban itu, sampai kapan pun. Walaupun mungkin aku tidak akan pernah bisa bersamanya…

***

       Bagaimana readers? Semoga kalian terhibur dengan kisah ini. Terima kasih sudah membaca dan mampir di blogku. Silahkan tinggalkan jejak jika kalian berminat! 🙂